Tambang Gunung Arum, Saksi Bisu Kekayaan Emas Nusantara Yuk Menilik Jejak Sejarah Peninggalan Zaman Belanda yang jadi Saksi Kekejaman VOC di Sumatera Barat
gunung-riyan_hidayart riyan_hidayart/pixabay-
Pulau Sumatra, dikenal dalam bahasa Sanskerta sebagai Svarnadwipa atau Pulau Emas, sejak dahulu kala sudah diidentifikasi sebagai tempat yang kaya akan sumber daya emas.
Nama ini diduga mengacu pada Ophir atau Gunung Emas yang tercatat dalam berbagai literatur kuno.
Penyair Portugis, Luiz de Camoens, dalam karyanya Os Lusiadas, menyebutkan informasi tentang Ophir yang didapat dari pelaut-pelaut Arab yang ditemuinya pada abad ke-16.
Kedatangan VOC dan Eksploitasi Emas
Pada tahun 1662, VOC berhasil menguasai Desa Salido Ketek untuk memanfaatkan potensi perdagangan di pantai barat Sumatra.
Tidak hanya itu, mereka juga mendirikan benteng di Pulau Cingkuk sebagai penunjang kegiatan perdagangan dan pertahanan mereka di wilayah Sumatera Barat.
Di bawah kepemimpinan Commandeur Jacob Joriszoon Pits, VOC mulai mengeksplorasi tambang emas di Desa Salido Ketek.
Untuk memperkuat operasinya, Heeren XVII, dewan pengelola VOC, mengirim dua geologis untuk meneliti kandungan emas di daerah tersebut.
Eksplorasi ini semakin intensif dengan mendatangkan tenaga kerja paksa dari Madagaskar dan tawanan perang dari daerah sekitar pada tahun 1669.
Warisan Sejarah yang Tak Ternilai
Tambang Gunung Arum bukan hanya merupakan sumber kekayaan alam, tetapi juga warisan sejarah yang penting bagi Indonesia.
Jejak-jejak peninggalan Belanda seperti terowongan dan tangga menuju perbukitan menjadi bukti nyata dari masa lalu yang penuh dengan perjuangan dan eksploitasi.
Kini, tambang ini menjadi titik lokasi harta karun peninggalan zaman Belanda yang bertahan hingga lebih dari 150 tahun.